Jumat, 27 Juni 2014

Pembangunan Pertanian dalam Milenium ke Tiga, Implikasnya pada Pendidikan Tinggi Pertanian

Pembangunan Pertanian dalam Milenium ke Tiga, 
Implikasnya pada Pendidikan Tinggi Pertanian
Oleh Ade Rahayu Irawan


Perjalanan pertanian Indonesia dihiasi dengan serangkaian keberhasilan yang patut disyukuri. Namun demikian, pembahasan mengenai keberhasilan pertanian saja dapat mudah menimbulkan kontroversi dan perdebatan. Sebagian pihak dapat dengan gamblang menunjukkan berbagai keberhasilan yang telah dicapai, sedangkan sebagian sebagian pihak lain juga memiliki argumentasi kuat mengenai kondisi pertanian Indonesia yang masih penuh masalah. Hal ini terjadi luas dan kompleksnya lingkup pertanian. Oleh sebab itu, perbedaan pandangan atas potret kondisi pertanian saat ini sebaiknya dilihat sebagai sifat multidimensi dari pertanian, yang sekaligus dipergunakan sebagai pedoman dalam menentukan arah selanjutnya.

Dalam menghadapi tantangan global, perdagangan bebas dan kemajuan pesat dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang berlangsung dalam dinamika dunia yang berkembang sangat cepat, dimana batas antar negara mulai kabur, pertama-pertama yang harus Indonesia lakukan adalah mensosialisasikan persepsi dan paradigm baru dari pembangunan pertanian, dimulai dari para pakar perguruan tinggi, LSM, politisi dan para wakil rakyat di DPRD dan DPR. Persepsi tersebut dimana pertanian bukanlah hanya kegiatan tradisional namun pertanian hakikatnya adalah kegiatan industri dan bisnis,  serta paradigma  dalam arti pertanian mampu menjadikan produknya unggul kompetitif, mampu menghadapi fluktuasi harga di bursa pasar dalam dan luar negeri, mampu mengembangkan teknologi ramah lingkungan, mampu menyediakan pangan yang bernilai untuk memperbaiki gizi bangsa, dan mampu mendatangkan devisa yang selalu menigkat. Paradigma ini harus dipertahankan secara berkelanjutan. 

Iptek menjadi ujung tombak industri pertanian agar mampu bersaing dipasar global. Karena rendanya teknologi dibidang pertanian menyebabkan kurang berdayanya pertanian. Disamping itu perlu adanya sumberdaya manusia dan modal kemasyarakatan. Dengan ini pertanian Indonesia bisa mengubah wajahnya. 

Indonesia dengan sumber daya alam lahan, perairan, dan hayati yang berlimpah disertai iklim tropik dengan jumlah dan curah hujan yang beragam di antar wilayah, sudah sepantasnya Indonesia ada re-orientasi pembangunan ekonomi nasional yang mereposisi pembangunan pertanian menjadi motor penggerak pembanguunan yang memiliki potensi memanfaatkan kekayaan sumber daya alam sebagai pemasok pangan, komoditi lain yang dibutuhkan, devisa dan pemerataan, sehingga transformasi structural kea rah industrialisasi mengalami kemantapan.

Ada  lima orientasi strategi pembangunan yang dijadikan satu kesatuan paradigma baru, yaitu pertama berorientasi kepada pemberdayaan petani, dan masyarakat pedesaan; kedua berorientasi kepada pemanfaatan ketahanan pengan; ketiga berorientasi kepada pasar dalam dan luar negeri; keempat berorientasi kepada iptek sebagai ujung tombak; dan kelima berorientasi kepada industri pengolahan.

Dengan peradigma dan orientasi strategi pembangunan pada tersebut, maka pendidikan tinggi pertanian tidak boleh hanya berorientasi pada kurikulum yang menghasilkan sarjana pertanian yang wawasannya difokuskan kepada produksi produk-produk primer saja, tetapi lebih kepada mata-mata kuliah yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah produk primer, manajemen sumberdaya alam manajemen agrobisnis, dan kewirausahaan.


Apabila kelembagaan tinggi pertanian tetap seperti sekarang, maka besar kemungkinan minat lulusan sekolah lanjutan atas (SMA, MA, SMK) untuk masuk ke fakultas pertanian sebagai prioritas utama akan menurun. Di mata masyarakat pertanian masih dikonotasikan dengan bercocok tanam menggunakan cangkul, arit dan sebagainya, sedangkan pertanian adalah bio-industri dengan spektrum kegiatan yang sangat luas meliputi tanaman, peternakan, dan perikanan dari kegiatan hulu sampai dengan kegiatan hilir yang akan memberikan sumbangan besar bagi kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa.  

Sumber :
Orasi Ilmiah : Prof. Dr. Gunawan Satari pada Lustrum VIII Faperta Unpad 1 September 1999
Di rangkum oleh : Ade Rahayu Irawan
Untuk : Tugas Ringkasan Artikel Ilmiah, pada mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian
Program Studi Agroteknologi Faperta Uninus Bandung
Dosen: Ir. H. Rd. Robi Robana, M.Sc.