“Hey, De, kuliah dimana sekarang?” tanya teman. “Di Uninus, di Bandung”,
jawabku. “Ngambil jurusan apa?” tanyanya lagi. “Pertanian, Agroteknologi”,
jawabku lagi. “Wuih, yang udah merasa nyaman dengan dunia pertanian, sampe
kuliahnya diteruskan ke pertanian, semangat bro!!” ujarnya. “Makasi brother”
sahutku, (sambil meneruskan pembicaraan lain).
Jawaban teman saya itu merupakan fakta yang saya alami saat ini. Mengapa saya
kuliah di pertanian setelah sebelumnya sekolah di SMK Pertanian Pembangunan
Negeri Tanjungsari, karena ya itu, sudah merasa nyaman. Nyaman disini bukan
karena materinya mudah, sama sekali tidak. Nyaman karena sudah memiliki
gambaran untuk hari esok. Pertanian itu adalah bidang sains tepatnya sains
terapan. Dan sebelum tahun 2003, gelar yang diberikan pun adalah Insinyur
(Ir.). Yups, karena bermaterikan IPA (sains), khususnya biologi terapan.
Walaupun demikian, kuliah di pertanian itu tantangan untuk saya.
Mengapa? Karena salah satu alasannya negara ini adalah negara agraris. Dimana
sebagian besar penduduk di Indonesia ini adalah petani, dari mulai petani gurem, sampai petani berdasi. Dan
sungguh menyenangkan bagi saya jika masa depan saya sukses di bidang ini,
menjadi petani berdasi, dan pemberdaya masyarakat tani. Selain itu, peluang
bekerjanya pun sangat luas, baik dari sektor industrinya (Pupuk, pestisida, benih),
budidaya, perusahaan perkebunan dan pertanian, pegawai pemerintah, wirausaha,
perbankan, dan lain sebagainya.
Paradigma masyarakat memang masih menganggap pertanian dengan sebelah
mata. Mereka menganggap bahwa pertanian itu kotor, sawah, ladang, sulit air,
buruh tani, cangkul dan ani-ani, dan
sebagainya. Itu semua memanglah benar, tapi bukanlah patokan definisi
pertanian. Kompleks memang jika berbicara tentang pertanian, karena dunia
pertanian sangatlah luas. Namun, saya mengambil kesimpulan dari kuliah yang
saya dapat, bahwa pertanian secara garis besar adalah bio-industry. Menurut
hemat saya, paradigma yang berkembang di masyarakat haruslah diubah, karena
pertanian bukanlah kasta terendah dalam kehidupan. Ini tugas bersama.
Ketika saya terjun di masyarakat, dan mereka menanyakan program studi kuliah
saya, lalu mereka mengetahui saya kuliah di Fakultas Pertanian, betapa
terharunya hati saya. Betapa tidak, mereka merasa bahagia karena masih ada generasi
muda yang mau menjadi mahasiswa untuk mempelajari pertanian. Seakan ada harapan
dalam benak mereka akan masa depan pertanian di Negara ini. Tak sedikit pula
dari mereka yang mengungkapkan rasa bangganya dengan mengatakan langsung kepada
saya. Ini memompa semangat saya akan
masa depan yang cerah, dan membangun pertanian yang lebih baik di Negeri
yang mulai mengidolakan dunia industri ini.
Namun, terkadang saya pun merasa memiliki beban di punduk ini. Harapan-harapan
mereka akan eksistensi seorang mahasiswa dari fakultas pertanian kemudian satu per satu terungkap. Mulai dari
bagaimana membangun desa yang mereka tinggali ketika mereka ingin bertahan
dengan bernaung pada pertanian, sampai dengan bagaimana mereka menyekolahkan
anak mereka dengan pertanian. Hati saya bergetar dan bertanya pada diri saya
sendiri. "Bagaimana saya bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk
mereka para petani??"
Sungguh, harapan mereka adalah motivasi besar untuk saya selain dari
keluarga. Untuk rekan-rekan lain yang kuliah mempelajari disiplin ilmu
pertanian, pasti setidaknya pernah merasakan hal sama saya rasakan. Ini
renungan untuk kita, apabila kelak setelah kita lulus sebagai Sarjana
Pertanian. Ya, mahasiswa pertanian apabila nantinya jadi pengambil keputusan untuk pertanian, cobalah
untuk turun langsung ke lapang. Melihat bagaimana kondisi petani di Indonesia
yang sebenarnya. Petani dengan lahan garapan yang tidak luas sebutlah petani gurem,
penghasilannya jauh sekali dari UMR, itu pun kalau hasilnya maksimal. Cobalah buat
kebijakan yang menguntungkan petani. Jaga harga
produk pertanian dan harga bahan untuk proses kelangsungan
budidaya seperti harga pupuk, dan sebagainya, serta kapan waktu yang tepat untuk berlakunya subsidi hasil pertanian.
Ini adalah tulisan kecil dari seorang mahasiswa pertanian. Besar sekali
harapan untuk memajukan pertanian di Negeri ini. Negeri ini adalah negeri yang
tanahnya paling subur di planet ini. Yups ada sebuah lagu yang syairnya
menyebutkan kayu dan batu bisa jadi tanaman. Tapi mengapa petaninya masih
banyak yang tidak hidup layak? Inilah pertanyaan besar yang sampai saat ini
saya terus mencari jawaban di bangku kuliah ataupun di luar sana, sembari
mencari cara bagaimana memecahkannya. Hati kecil saya berkata, "Semoga
saya bisa melakukan sesuatu untuk petani kelak”. Aamiin